Sabtu, 26 Januari 2013
APA YANG DIMAKSUD DENGAN MENERJEMAHKAN ITU?
Menerjemahkan
adalah pekerjaan yang melibatkan sekumpulan teori atau ilmu, tetapi kemampuan
menerjemahkan dengan baik adalah seni. Menerjemahkan merupakan keterampilan
yang melibatkan lebih banyak seni (bakat) daripada upaya dan teori. Sebab
penerjemahan sangat bergantung pada rasa kebahasaan seseorang. Dan rasa bahasa
ini berbeda-beda dari satu individu ke individu yang lainnya. Dengan kata lain,
kepandaian menerjemahkan itu merupakan sesuatu yang "diberikan"
daripada yang "diperoleh". Namun, meskipun demikian, latihan dan
teori-teori tentang menerjemahkan sangatlah dibutuhkan. Apa pasal? Sebab
betapapun kuat dan baiknya bakat dan rasa bahasa seseorang, jika tidak dilatih
secara kontinu dan berkelanjutan, maka mustahil ia akan menjadi penerjemah yang
baik. Jadi, keduanya, bakat dan latihan itu sama pentingnya.
Lantas apakah menerjemahkan itu? Menurut Louis Ma'luf (al-Munjid.
Beirut: 1986), secara bahasa menerjemah adalah menafsirkan. Sedangkan menurut
istilah menerjemah adalah memindahkan atau menyalin gagasan, ide, pikiran,
pesan, atau informasi lainnya dari satu bahasa (disebut sumber bahasa atau
bahasa asli) ke dalam bahasa lain (disebut bahasa sasaran atau bahasa penerima
atau bahasa target). Hal ini, seperti ditegaskan Eugne A.Nida dan Charles,
harus dilakukan dengan 'cara' sedekat dan sehalus mungkin, baik pengertian
maupun gaya yang digunakan oleh bahasa aslinya.
Lebih khusus, Muhammad Najib, dalam Usus at-Tarjamah,
menegasakan bahwa "tarjamah" adalah "tafsir". Ungkapan ini
menyugestikan bahwa seorang penerjemah itu adalah seorang penafsir. Oleh karena
itu, penerjemah adalah orang yang bertanggungjawab untuk memahami suatu teks
dalam bahasa asal (bahasa sumber) sekaligus menyuguhkannya kepada pembaca
dengan menggunakan bahasa sasaran. Jadi, tugas penerjemah ialah memahami
sekaligus memahamkan. Penerjemah yang tidak bisa memahami teks bahasa asal berarti
ia telah "kalah sebelum bertanding". Ia hanya akan menyuguhkan karya
terjemahan yang jelek, salah dan tidak menolong (itu masih lebih baik daripada
membingungkan pembaca). Dengan demikian, untuk menjadi seorang penerjemah yang
baik haruslah memiliki pengetahuan mengenai kedua bahasa (bahasa sumber dan
bahasa target) terlebih dahulu. Yang mana hal itu tercermin pada penguasaannya
terhadap mufradat (kosa kata), istilah-istilah, frasa, gramatika, budaya
pemakai kedua bahasa; karena bahasa adalah ekspresi kebudayaan, dan yang
lainnya.
Berkaitan dengan itu, hal yang perlu digarisbawahi adalah menerjemah
itu bukan ilmu murni dan bukan pula seni sejati. Menerjemah adalah seni
praktis. Dengan kata lain, menerjemah itu adalah keterampilan berkesenian
dengan bantuan ilmu-ilmu teoritis. Oleh karena itu, kita tidak bisa menyatakan
hasil terjemahan ini benar dan yang itu salah. Yang tepat ialah
terjemahan ini bagus, yang itu sedang, dan yang satu lagi jelek.
MACAM-MACAM
TERJEMAH
Berdasarkan
bentuknya, terjemahan terbagi menjadi tiga macam. Pertama, terjemah
interbahasa (interlanguange translation). Disebut juga dengan siyaghat
bi alfadz ukhra (mengungkapkan kalimat dengan redaksi yang berbeda). Yaitu
menjelaskan kata-kata dalam suatu bahasa
dengan kata-kata berbeda dalam bahasa yang sama. Seperti menerjemahkan kata
'keras' dengan 'padat kuat dan tidak mudah berubah bentuknya atau tak mudah
pecah; lawan kata lunak, lembut, empuk'. Atau menerjemahkan لزم – يلزم dengan ثبت ودام. Ke dua, terjemah antar bahasa. Disebut
juga dengan terjemah hakiki. Yaitu menjelaskan kata-kata atau simbol-simbol
bahasa dangan simbol lain dari bahasa yang berbeda. Seperti menerjemahkan kata محلول الظهر dengan 'impoten', مضرج اليدين dengan 'tertangkap basah', dan menerjemahkan طليعة ج طلائع dengan 'front row' foremost rank, vanguard,
avand-guard, harbinges, beginning', dan lain-lain. Ketiga, terjemah
antar simbol atau transferensi. Yaitu menerjemahkan simbol bahasa yang berupa
kata-kata dengan simbol lain. Seperti menerjemahkan kata 'kepala', 'mata' atau
'pedang' dengan menyuguhkan gambar-gambar kepala, mata atau pedang.
Sedangkan menurut versi Izzuddin Muhammad Najib, terjemah itu ada
empat macam. Pertama, terjemah setia. Yaitu pernerjemahan dengan
menyalin teks asli (bahasa sumber) secara linier kata demi kata, tanpa
perubahan struktur kalimat dan tanpa memperhatikan makna-makna istilah yang ada
dalam bahasa sumber. Perhatikan kutipan berikut:
(قلنا اهبطوا منها) من اتلجنة
(جميعا) كرره ليعطف عليه (فإما) فيه إدغام نون إن الشرطية في ما الزائدة (يأتيكم مني
هدى) كتاب ورسول (فمن تبع هداى) فآمن بي وعمل بطاعتي (فلا خوف عليهم ولا هم يحزنون)
في الآخرة بأن يدخل الجنة
Terjemahan
Indonesia dari kutipan di atas secara harfiyyah kurang lebih sebagai
berikut,
Berkata Allah, "turunlah kalian semua
dari jannah, yaitu dari surga secara semua. Mengulang-ulang Allah, pada kata ihbithu
supaya di'athafkan kepada kata ihbithu. Adapun firman fa imma
dan seterusnya, di dalam kata imma, terjadi idgham nunnya in
jenis syarat ke dalam kata ma yang berlaku sebagai tambahan (za`idah).
Datang kepadamu dari-Ku petunjuk, yaitu kitab dan rasul. Maka siapa yang
mengikuti kepada petunjuk-Ku, maka jika ia beriman kepada-Ku, maka ia tidak
punya rasa takut dan tidak punya rasa sedih di akhirat dengan masuk surga.
Cobalah baca
terjemahan di atas dan rasakan betapa sulitnya memahami terjemahan semacam ini.
Bahkan terjemahan model ini sering menghasilkan karya terjemahan yang jelek dan
sulit dipahami. Terjemahan model ini hanya berlaku dan pantas bagi pemula yang
sedang latihan menerjemahkan.
Kedua, terjemah dengan
perubahan (at-Tarjamah bi at-Tasharruf), sering disebut juga dengan
penyaduran. Dalam penerjemahan model ini, teks bahasa asal disalin secara
kalimat demi kalimat dengan memperhatikan struktur kedua bahasa, makna-makna
istilah, dan idiom atau ungkapan. Perhatikanlah contoh berikut ini.
وهذا القرآن العظيم ملحمة المسلم الكبرى في عالم الفن الرفيع، يضم بين
دفتيه حكمة الزمن، وفلسفة الوجود، فيظهرنا على سرائر النفوس، ويرينا نوازع الخير والشر
ويدعونا للتي هي أحسن وأقوم، فيلزم علينا أن نطيع ناشئتنا في منهج عصري...فإذا هو قرآني
الطبع قرآني الروح
Al-Qur'an al-'Adhim
simbol agung bagi kaum muslim dalam dunia seni tinggi, di dalam al-Qur'an
terkandung hikmah zaman dan filsafat wujud. Ia menampakkan rahasia-rahasia
jiwa, memperlihatkan penarik kebaikan dan keburukan, mengajak kita kepada
sesuatu yang lebih baik dak lebih lurus. Oleh karena itu, sebuah kewajiban atas
kita untuk membuat generasi muda mau mentaatinya dengan pendekatan metode
modern… Dengan demikian, mereka bertabiat dan berjiwa Qur'ani.
Ketiga, terjemah bebas
atau terjemah kreatif (tarjamah ibda'iyyah). Disebut juga dengan
menerjemahkan makna tanpa meninggalkan teks harfiyyah (tarjamah
al-ma'na 'ala hisa al-nash al-harfiy). Dalam terjemah model ini,
penerjemah lebih mementingkan isi atau makna teks bahasa sumber, kemudian
berusaha menyuguhkannya dalam gaya dan suasana bahasa target, baik itu gaya
bahasanya, istilah-istilah yang digunakannya, dan estetikanya. Bahkan tidak jarang terjadi pembuangan (penyempitan/tashghir)
atau penambahan (expansion/tawassu') pada satu dua kata atau lebih. Kelemahan terjemah
model ini ialah seorang penerjemah bisa saja membuang (tidak menerjemahkan) satu-dua
kata yang justru menjadi kunci seluruh kalimat. Coba perhatikan contoh berikut
ini.
وقمت أذرع الشرفة جيئة وذهوبا. والرسالة في يميمني، وقد هاجت في نفسي
عاطفة الذكرى لأيام رقاق، قضيتها ناعم البال خلي الفؤاد. ورنوت إلى الرسالة، فوقعت
عيني على قول الصديق: "إننا مقبلون أيام طمأنينة وأمان"
Aku berjalan
mondar-mandir di beranda. Surat itu kugenggam dalam tanganku, sementara dalam
hatiku bergejolak emosi kenangan hari-hari indah yang kulewatkan dengan riang
dan tanpa beban. Kupandangi surat itu, dan terbacalah kata-kata sang kawan,
"Kami sedang mengongsong hari ketenangan dan kedamaian".
Keempat, terjemah harfiyah
maknawiyah. Ini adalah kompromi antara terjemah harfiyah dan terjemah
bebas.
Berkaitan dengan
semua hal di atas, ketika menerjemahkan, hal yang harus mendapat perhatian
serius seorang penerjemah ialah gaya bahasa. Sebab, setiap disiplin ilmu
memiliki gaya bahasa yang khas dan berbeda dengan disiplin ilmu lainnya.
Perhatikan poin-poin di bawah ini.
1.
Gaya bahasa sastra memilki
ciri-ciri tersendiri. Yang mana hal itu terdiri dari unsur-unsur kecil yang
berdiri sendiri, setiap kalimat berdiri sendiri dan dihubungkan dengan kata
sambung (harf athaf), dan pokok pikiran terletak di awal paragraf. Yang
lebih penting dari semua hal di atas adalah bahasa sastra penuh dengan
ungkapan-ungkapan imajinatif dan metaforis, sehingga menerjemahkan karya sastra
juga diperlukan kekuatan imajinatif. Terlebih jika karya yang diterjemahkan
adalah puisi (sy'ir).
2.
Gaya bahasa bukan sastra,
seperti jurnalistik, perdagangan, hukum, ekonomi dan lainnya, pada satu sisi,
teks-teks seperti ini lebih mudah diterjemahkan dibanding teks-teks sastra.
Tetapi di sisi lain juga lebih sulit. Apa pasal? Sebab menerjemahkan teks-teks
non-sastra memerlukan kecermatan dan ketepatan dalam penyalinan
istilah-istilahnya, meskipun hal itu lebih mudah karena tidak memerlukan
kemampuan imajinatif dan keindahan gaya bahasa. Selain itu, penerjemah juga
dituntut untuk menghindari kata-kata yang kabur, yang tidak jelas maknanya.
Ketelitian dalam memilih tanda baca juga menjadi tugas yang tidak mudah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar