Rabu, 13 Maret 2013
Oleh: Ust Riki Abu Musa
Dari
hatimu...
Berusahalah semampumu
Melukis sebuah senyuman di bibirmu
Karena itu indah,
Ketika wajah berseri mengundang jumpa
Di saat jabatan tangan mengiring pisah
Bagi yang memandang..
Dari hatimu...
Berusahalah semampumu
Merangkai kata bijak di lisanmu
karena itu indah,
Ketika lembut mengalun santun
Di saat cacian menjauh makian
Bagi yang mendengar..
Dari hatimu...
Berusahalah semampumu
Melukis sebuah senyuman di bibirmu
Karena itu indah,
Ketika wajah berseri mengundang jumpa
Di saat jabatan tangan mengiring pisah
Bagi yang memandang..
Dari hatimu...
Berusahalah semampumu
Merangkai kata bijak di lisanmu
karena itu indah,
Ketika lembut mengalun santun
Di saat cacian menjauh makian
Bagi yang mendengar..
Dari hatimu...
Oleh: Aidil Putra Zulqarnain, Mahasiswa Univ. Islam Madinah Fakultas Syari'ah Angkatan 1431-1432H.
Segala
puji bagi Allah yang telah menciptakan Adam ‘alaihissalaam dari tanah, menciptakan
keturunannya dari tulang dada dan sulbi, merekatkan sanak keluarga dengan
hubungan kekerabatan dan nasab, menganugerahkan kepada kita ilmu pengetahuan,
mendidik dengan baik di waktu kecil dan menjaga di waktu muda, menganugerahkan
keturunan yang kita harapkan dengan kehadiran mereka kita mendapat ganjaran yang besar.
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا
وَتَقَبَّلْ دُعَاء (٤٠) رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ (٤١)
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak
cucuku orang-orang yang tetap mendirikan
sholat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami beri ampunlah
aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya
hisab (hari kiamat)”. (QS.14: 40-41)
Ketika
aku mengetahui kemuliaan dari menikah dan keutamaan mempunyai anak, serta aku
pun selesai menghatamkan Alquran, aku berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla
agar menganugerahiku 10 anak. Aku pun di anugerahi-Nya 5 anak laki-laki dan 5
anak perempuan. Kemudian 2 anak perempuan dan 4 anak laki-laki meninggal dunia,
yang tersisa dari anak laki-laki hanyalah Abu Alqosim. Aku berharap agar Allah ‘Azza
wa Jalla menjadikan padanya generasi yang shalih, dan mengabulkan harapan
dan tujuanku padanya.
Aku memperhatikan ada kelengahan pada diri
anakku Abu alqosim dalam hal menuntut ilmu. Oleh karenanya, kutuliskan untaian
nasehat baginya agar ia termotivasi, dan mendorongnya agar mengikuti jejak
langkahku dalam menuntut ilmu, serta mengarahkannya agar senantiasa berlindung
kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Meskipun kusadari, bahwa tidak ada yang
dapat menggelincirkan orang yang diberi petunjuk, dan tidak ada yang memberi
petunjuk bagi orang yang telah tersesat, akan tetapi Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman:
وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)
“Dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran”. (QS.103:3)
dan firman-Nya:
فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى (٩)
”Oleh sebab itu berikanlah peringatan
karena peringatan itu bermanfaat”. (QS.87:9)
Tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah
Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Oleh: Akhyar Hadi, Mahasiswa Univ. Islam Madinah Ma'hadil Lughoh Angkatan 1433-1434 H
Lelaki itu
seperti lelaki tua biasa. Biasanya lelaki tua sepertinya ditemui di lambung
Masjid Nabawi, sebagai jamaah umroh
akibat terlalu lama menunggu giliran haji. Atau lelaki tua sepertinya ada di
sawah, kelelahan mencangkul walau
matahari baru naik setengah.
Bisa juga lelaki sepertinya kita temui sedang duduk-duduk di teras
sambil menghias pot bunga, membersihkan rumput, dan menanam pohon kecil di pekarangan.
Atau, kalau kita menyaksikan berita banjir di TVRI, lelaki seperti ini biasanya
diwawancarai karena terlambat mendapat jatah bantuan mie instan. Dia jenis
lelaki yang mudah didapati. Lelaki tua yang biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Diusianya yang
sudah memasuki kepala enam, wajar jika seluruh rambut di kepalanya
memutih. Tiap-tiap helai itu adalah gambaran masalah yang dilaluinya,
guratan-guratan kerut di wajahnya adalah lambang goresan waktu yang jemawa.
Tangan kanan dan kirinya tak lagi sekuat dulu. Bahunya yang dulu kekar, kini
mulai kurus dan membungkuk. Ototnya lemah. Kadang dia beristighfar sambil menarik napas panjang
ketika lelah. Tapi kawan, matanya istimewa. Di situlah pusat
gravitasi pesona dirinya. Matanya itu, sang jendela hati, adalah layar yang
mempertontonkan jiwanya yang tak pernah kosong. Seseorang yang biasa kucium
tangannya. Ayah, kupanggil ia.
...
Langganan:
Postingan (Atom)