# # # # #

Rabu, 13 Maret 2013

Juara Satu Terjemah Pekilo UIM 1434 H: Wasiat Untuk si Buah Hati



Oleh: Aidil Putra Zulqarnain, Mahasiswa Univ. Islam Madinah Fakultas Syari'ah Angkatan 1431-1432H.

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan Adam ‘alaihissalaam dari tanah, menciptakan keturunannya dari tulang dada dan sulbi, merekatkan sanak keluarga dengan hubungan kekerabatan dan nasab, menganugerahkan kepada kita ilmu pengetahuan, mendidik dengan baik di waktu kecil dan menjaga di waktu muda, menganugerahkan keturunan yang kita harapkan dengan kehadiran mereka  kita mendapat ganjaran yang besar.
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء (٤٠) رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ (٤١)
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”. (QS.14: 40-41)
Ketika aku mengetahui kemuliaan dari menikah dan keutamaan mempunyai anak, serta aku pun selesai menghatamkan Alquran, aku berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar menganugerahiku 10 anak. Aku pun di anugerahi-Nya 5 anak laki-laki dan 5 anak perempuan. Kemudian 2 anak perempuan dan 4 anak laki-laki meninggal dunia, yang tersisa dari anak laki-laki hanyalah Abu Alqosim. Aku berharap agar Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan padanya generasi yang shalih, dan mengabulkan harapan dan tujuanku padanya.
 Aku memperhatikan ada kelengahan pada diri anakku Abu alqosim dalam hal menuntut ilmu. Oleh karenanya, kutuliskan untaian nasehat baginya agar ia termotivasi, dan mendorongnya agar mengikuti jejak langkahku dalam menuntut ilmu, serta mengarahkannya agar senantiasa berlindung kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Meskipun kusadari, bahwa tidak ada yang dapat menggelincirkan orang yang diberi petunjuk, dan tidak ada yang memberi petunjuk bagi orang yang telah tersesat, akan tetapi Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)

 Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS.103:3)
 dan firman-Nya:
فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى (٩)
Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat”. (QS.87:9)
Tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.


۞۞۞۞

Motivasi dan ancaman yang tersirat dalam wasiat

Ketahuilah wahai anakku -semoga Allah membimbingmu-, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla memberi keistimewaan berupa akal kepada manusia agar ia dapat menggunakannya sesuai dengan kebutuhannya, maka gunakanlah akal pikiranmu, dan tinggalkanlah hawa nafsumu. Ketahuilah berdasarkan petunjuk, bahwa engkau adalah makhluk yang dibebani tanggung jawab. Ada banyak kewajiban yang mesti engkau tunaikan. Dua malaikat di sisimu senantiasa mengawasi gerak-gerik ucapan dan penglihatanmu. Setiap hembusan nafas merupakan derap langkah menuju kematian, sedangkan kehidupan di dunia ini hanya sementara, penjara kubur sangatlah lama, dan siksaan lantaran mengikuti hawa nafsu sangatlah menyiksa.
 Di mana kenikmatan dahulu? telah sirna dan hanya menyisakan penyesalan. Dimana syahwat diri? berapa banyak yang menjadi hina dan tergelincirkan karenanya.
Orang akan berbahagia apabila ia tidak menuruti hawa nafsunya, dan akan sengsara apabila mengutamakan dunianya. Maka ambillah pelajaran dari kisah para penguasa dan orang-orang zuhud terdahulu. Kemana perginya kenikmatan yang mereka rasakan? kemana perginya kepayahan yang mereka alami?. Bagi orang-orang yang shalih, ada pahala yang banyak dan kenangan yang baik bagi mereka, sedangkan yang durhaka, bagi mereka azab yang pedih dan omongan yang buruk, seakan tak pernah puas dan berhenti.
 Sikap enggan menggapai kemuliaan merupakan seburuk-buruknya teman, dan bersantai-santai hanya mewarisi penyesalan di balik kenikmatan yang dirasa. Maka berwaspadalah dan bersungguh-sungguhlah!
Ketahuilah bahwa menunaikan kewajiban dan menjauhi larangan adalah perkara yang mesti dilakukan. Ketika seseorang melanggarnya, maka neraka adalah balasan baginya.
 Pahamilah, bahwa menggapai kemuliaan adalah tujuan akhir bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh. Kemuliaan itu beraneka ragam. Sebagian orang menganggap bahwa kemuliaan itu adalah sikap zuhud di dunia, sebagian yang lain menganggap kemuliaan itu adalah dengan menyibukkan diri dengan beribadah. Pada hakikatnya, kemuliaan yang utama adalah menggabungkan antara ilmu dan amal. Apabila kedua hal tersebut dapat dicapai, maka yang demikian akan mengangkat seorang hamba kepada derajat mengenal Sang Pencipta dengan sebenar-benarnya, mendorongnya untuk mencintai-Nya, takut, serta rindu bertemu dengan-Nya. Itulah tujuan yang utama. Kemauan yang kuat muncul sesuai dengan kadar kemauan seseorang. Tidaklah seseorang mendapatkan setiap yang ia inginkan, akan tetapi seorang hamba mesti berusaha, karena segala sesuatu diciptakan mudah sesuai dengan maksud diciptakannya, dan Allahlah tempat memohon pertolongan.

۞۞۞۞

Kewajiban, keutamaan, dan semangat yang tinggi

Hal yang pertama mesti diketahui adalah mengenal Allah ‘Azza wa Jalla berdasarkan petunjuk. Sebagaimana yang diketahui, bahwa siapa yang memperhatikan langit yang menjulang tinggi, bumi yang membentang, dan bangunan yang berdiri tegak, terlebih tubuhnya sendiri, ia akan mengetahui dengan yakin bahwa di balik semua ciptaan ada Sang Pencipta, dan setiap bangunan pasti ada yang membangun.
Kemudian renungkanlah bukti nyata kenabian Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan bukti yang paling agung adalah Alquran, yang tidak ada satu makhluk pun yang mampu mendatangkan satu surah semisalnya. Apabila telah tertanam padanya keyakinan akan adanya Allah dan kebenaran dari  kenabian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka wajib baginya menundukkan kemauannya sesuai dengan aturan syariat. Jika tidak, maka hal tersebut menunjukkan adanya penyimpangan pada akidahnya.
Kemudian ia mesti mengetahui perkara yang wajib baginya semisal wudhu, sholat, zakat bila ia mempunyai harta, haji, dan kewajiban-kewajiban lainnya. Apabila ia telah mengetahui kewajiban-kewajiban yang mesti ditunaikan dan telah menjalankannya, maka seyogyanya bagi yang memiliki semangat yang tinggi menjalankan amalan-amalan yang mulia lainnya. Hendaklah ia menyibukkan diri dengan menghafal Alquran dan memahami tafsirnya, menghafal hadis-hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, mempelajari sejarah beliau beserta para sahabatnya, dan sejarah ulama-ulama setelah mereka. Hendaklah memilih martabat yang tinggi kemudian yang lainnya.
Hendaklah ia juga mempelajari apa yang dapat memperbaiki tutur bahasanya seperti ilmu nahwu dan mempelajari seluk-beluk penggunaan dalam sebuah bahasa.
Ilmu Fiqih adalah induk ilmu pengetahuan, sedangkan nasehat adalah semanis-manisnya dan memberi manfaat yang banyak. Aku telah menyusun beberapa buku yang berkaitan dengan hal-hal tersebut tanpa perlu menelaah kitab-kitab para ulama terdahulu. Walhamdulillah dan atas karunia-Nya, aku berupaya agar engkau tak perlu bersusah payah mencari dan menyusun sebuah kitab.
 Semangat takkan berhenti kecuali dikarenakan oleh hal-hal yang hina, karena pada asalnya semangat yang tinggi takkan pernah puas akan sesuatu yang tak berarti. Yang aku ketahui, bahwa semangat ada pada setiap insan, akan tetapi terkadang semangat itu mengendur di sebagian waktu, dan apabila didorong maka akan kembali muncul. Maka ketika engkau mendapati ada kelemahan dan kelengahan pada dirimu, memohonlah dan kembalilah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, Sang Pemberi kenikmatan dan Pembimbing. Engkau akan mendapatkan kebaikan dengan menaati-Nya, sebaliknya engkau tidak akan mendapatkan kebaikan bila engkau bermaksiat kepada-Nya. Adakah orang yang menghadap pada-Nya tapi tidak mendapatkan apa yang ia inginkan di sisi-Nya?, adakah orang yang berpaling dari-Nya kemudian mendapatkan manfaat atau mendapatkan apa yang ia cita-citakan?, tidakkah engkau mendengar untaian kata sang penyair:
“Tidaklah ku datang mengunjungimu di waktu malam
kecuali karena jarak yang begitu dekat denganku
tidaklah ku berkehendak menuju pintumu
kecuali karena ku tersangkut oleh ujung pakaianku”.

۞۞۞۞

Bertakwalah kepada Allah, Dia akan mengajarimu

Perhatikanlah wahai anakku bagaimana dirimu menjalankan aturan-aturan, dan renungkan bagaimana engkau menjaganya!. Sungguh siapa yang menjaga, maka ia akan dijaga, dan siapa yang lalai maka ia akan tertinggal. Akan kuceritakan padamu sebagian kisahku, barangkali engkau dapat memperhatikan kesungguhanku dan mendoakan kebaikan bagiku.
 Limpahan nikmat yang kurasakan bukanlah disebabkan oleh jerih payahku, akan tetapi hal itu merupakan bagian dari bimbingan Yang Maha lembut kepadaku. Aku memiliki semangat yang tinggi. Saat aku berumur enam tahun dan aku sudah berada di ruang belajar, berteman dengan anak-anak muda. Aku dikaruniai kecerdikan yang mengalahkan kecerdikan orang dewasa. Tak pernah sekalipun aku bermain-main di jalan bersama anak-anak sebayaku, begitu pula aku tak pernah tertawa terbahak-bahak. Ketika aku menginjak umur tujuh tahun, aku menghadiri kajian-kajian di teras masjid. Aku tidak sembarang memilih halaqah. Aku memilih ahli hadis yang berbicara dengan sanad yang panjang, aku pun hafal semua yang aku dengar, kemudian pulang ke rumah dan menulis semua yang aku hafal. Aku dibimbing oleh Syaikh Abul Fadhl bin Naashir rahimahullah. Dia membawaku kepada para ulama, memperdengarkanku kitab Almusnad, dan kitab-kitab induk lainnya. Waktu itu aku tidak mengerti apa yang beliau kehendaki dariku. Beliau selalu membetulkan hafalanku dan mengoreksi kumpulan catatanku hingga aku tumbuh besar. Aku selalu bersamanya hingga beliau wafat. Atas bimbingan beliau, aku pun paham ilmu Hadis dan Riwayat.
Dahulu anak-anak asyik berenang di sungai Tigris, bermain-main di jembatan, sedangkan aku meluangkan masa kecil dengan membaca sebahagian buku dan menyendiri dari mereka di sebelah kota Riqqah, menyibukkan diri dengan menuntut ilmu.
Aku juga dikaruniai sifat zuhud. Aku biasakan diri dengan berpuasa, dan mengurangi makan. Kuupayakan bersabar atas semua itu, menikmatinya, dan membiasakannya. Aku juga senang bergadang. Aku tak pernah puas dengan satu bidang ilmu. Aku mempelajari Fiqih, Nasehat, Hadis, mengikuti orang-orang yang zuhud, dan juga mempelajari ilmu Bahasa. Aku tidak pernah menyia-nyiakan setiap orang yang memberi periwayatan atau nasehat. Begitu pula apabila ada orang orang alim yang tidak kukenal datang, aku selalu menghadiri majlis mereka dan memilih-milih mana yang lebih utama. Apabila aku dihadapkan pada dua  persoalan, maka aku selalu memilih yang lebih utama.
Allah ‘Azza wa Jalla telah mendidikku dengan baik, mengantarkanku kepada hal-hal yag terbaik bagiku, menjauhiku dari para musuh, orang-orang yang dengki, dan yang ingin mencelakaiku, memudahkanku dalam menuntut ilmu, memberi rizki dari jalan yang tak terduga, memberi pemahaman, hafalan yang cepat, dan keterampilan dalam menyusun sebuah kitab. Allah ‘Azza wa Jalla sama sekali tidak menghalangiku dari kenikmatan dunia, bahkan mencukupi rizki yang dibutuhkan. Dia jadikan diriku diterima setiap orang di atas kewajaran, membuat semua orang menerima setiap perkataanku tanpa meragukan keabsahannya.
Sekitar 200 orang dari kalangan Ahli dzimmah yang memeluk islam melaluiku, lebih dari 100 ribu orang yang bertobat di majlisku, dan aku telah menghentikan lebih dari 20 ribu orang dari mengikuti kebiasaan memanjangkan rambut sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang bodoh.
Aku berkeliling mengunjungi para ulama guna mendengar hadis dari mereka, dan selalu bergegas agar tidak ketinggalan. Pernah di pagi hari aku tidak mendapati makanan, begitu juga di waktu sore. Allah ‘Azza wa Jalla tidak menjadikanku hina dengan berharap-harap kepada makhluk, akan tetapi Dia memberi rizki-Nya kepadaku agar kehormatanku terjaga.
Seandainya kuceritakan padamu segala kisahku, maka akan sangat panjang sekali. Inilah diriku. Satu untaian kalimat sebagai nasehat bagimu, yakni firman Allah ‘Azza wa Jalla:
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ
“Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarimu”. (QS. Albaqarah: 282).

۞۞۞۞

Menjaga waktu dan memanfaatkan setiap kesempatan

Perhatikanlah dirimu wahai anakku, sesalilah segala kelalaian yang terjadi, bersungguh-sungguhlah dalam menyusul orang-orang yang mulia selama waktu terbentang luas, pergunakan waktu dengan sebaik-baiknya sebelum terlambat, dan ingatlah akan hari-hari yang berlalu dengan sia-sia. Cukuplah yang demikian sebagai nasehat. Nikmatnya bermalas-malasan telah sirna, dan martabat kemuliaan pun telah berlalu.
Para Salafusshalih rahimahumullah sangatlah gemar mengerjakan segala amalan mulia dan mereka menangisi akan satu amalan yang terlewati. Ibrahim bin Adham berkata,”Suatu hari kami menjenguk seorang ahli ibadah yang sedang sakit. Dia memandang kedua kakinya sambil menangis. Kami pun bertanya padanya,”Mengapa engkau menangis?”. Dia menjawab,“Dua kaki ini tidak pernah digunakan di jalan Allah”. Kemudian ada yang menangis pula dan ditanyakan padanya,”Apa yang membuatmu menangis?”. Dia menjawab,”Satu hari yang kulalui tanpa berpuasa dan satu malam yang kulalui tanpa sholat di dalamnya”.
Ketahuilah wahai anakku! Sesungguhnya hari-hari membentangkan kumpulan waktu. Setiap waktu membentangkan kumpulan nafas, dan setiap nafas adalah perbendaharaan. Waspadalah jangan sampai nafas terbuang dengan sia-sia, sehingga di hari kiamat nanti engkau dapati perbendaharaanmu kosong dan engkau pun  menyesal.
Seorang pernah berkata kepada ‘Amr bin Abd qais,”Bangunlah, aku ingin berbicara denganmu”. ’Amr menjawab,”Hentikan dulu pergerakan matahari”.
Sekelompok orang duduk di dekat Alkarkhi rahimahullah, kemudian dia berkata,”Tidakkah kalian mau beranjak? karena matahari saja terus digerakkan tanpa bosan”.
Dalam sebuah hadis disebutkan,”Barangsiapa yang membaca subhaanallaahi wabihamdihi maka ditanamkan baginya pohon kurma di surga”. Perhatikanlah orang yang menyia-nyiakan waktunya, berapa banyak pohon kurma yang disia-siakan.
Para ulama terdahulu selalu memanfaatkan setiap waktu yang ada. Kahmas bin Alhasan Attamimi menghatamkan Alquran sebanyak tiga kali dalam sehari semalam. Empat puluh orang sahabat sholat subuh dengan wudhu sholat isya’. Rabi’ah Al’adawiyah tidak tidur di waktu malam, dan apabila fajar terbit ia berbaring sejenak. Ketika terbangun dengan tiba-tiba, ia berkata kepada dirinya,”Tidur di dalam kubur akan lama”.

۞۞۞۞

Dengan apa engkau membeli kehidupan yang abadi?

Siapa yang membayangkan kehidupan dunia sebelum ia diciptakan, maka ia akan melihat bahwa kehidupan dunia amatlah panjang. Apabila ia membayangkannya setelah ia diciptakan, maka ia akan melihat bahwa kehidupan dunia amatlah sebentar, dan kehidupan di kubur akan begitu panjang. Apabila ia membayangkan hari kiamat, ia akan mengetahui bahwa satu hari di sana setara dengan 50 ribu tahun. Dan jika ia membayangkan kehidupan di surga atau neraka, ia akan mengetahui bahwa kehidupan tersebut adalah kehidupan yang abadi.
Dan apabila ia kembali membayangkan masa hidupnya di dunia -misalnya enam puluh tahun­-, maka sekitar tiga puluh tahun ia habiskan waktunya untuk tidur, lima belas tahun di waktu kecil, dan sisanya sebagian besar dihabiskan untuk kepentingan syahwat, makan, dan mencari penghidupan. Dan jika dihitung apa-apa yang ia perbuat untuk akhiratnya, maka yang ada hanyalah amalan riya dan banyak lalai.
Jika demikian, maka dengan apa engkau membeli kehidupan yang abadi nanti? sedangkan waktu adalah harganya.

۞۞۞۞

Mawas diri setelah lalai

Janganlah kelalaianmu yang lampau dalam melakukan kebaikan membuatmu berputus asa wahai anakku! Sungguh banyak orang yang kemudian mawas diri setelah sebelumya mereka lalai dan tidur panjang.
Assyeikh Abu Hakim menceritakan padaku tentang kisah Qhadil Qudhat Abul Hasan Ali bin Muhammad Addaamighaaani rahimahullah. Beliau berkata,”Di saat muda, aku banyak menganggur tanpa mau menyempatkan menuntut ilmu, kemudian aku dihadapkan dihadapan Abu Abdillah Muhammad bin Ali Addaamighaani rahimahullah. Beliau berkata,”Wahai anakku! Aku tidak mewariskan apapun untukmu, maka ambillah dua puluh dinar dan bukalah warung roti sebagai mata pencaharianmu”. ”Apa maksud perkataanmu?” jawabku. Beliau kembali berkata,”Bukalah toko pakaian!”. Aku pun menjawab,”Apakah yang demikian layak bagiku? sementara aku adalah anak Qhadil Qhudat Abu Abdillah Addaamighaani”. Kemudian beliau berkata,”Aku perhatikan engkau tidak suka menuntut ilmu”. Aku pun menjawab,”Jikalau demikian, ingatkan aku untuk belajar satu jam saja”. Dan beliau pun mengingatkanku. Akhirnya aku mulai sibuk dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Allah telah memberi petunjuk kepadaku.
Sebagian sahabat Abu Muhammad Abdurrahman bin Muhammad Alhalawaani rahimahullah menceritakan padaku, ia berkata,”Ayahku wafat di saat aku berusia 21 tahun. Saat itu aku seorang penganggur. Ketika aku pergi menagih sewa dari penghuni rumah yang kuwarisi, aku mendengar mereka berkata,”Tukang tagih sewa rumah datang”. Aku pun berkata pada diriku,”Pantaskah aku dijuluki seperti itu!”. Kemudian aku pergi mendatangi ibuku, aku berkata padanya,”Jika engkau membutuhkanku, maka cari aku di masjid Syaikh Abul Khattab”. Aku pun belajar bersamanya. Aku tidak keluar kecuali hanya untuk menagih sewa rumah. Kemudian aku menjadi seorang hakim”. Sungguh aku (Ibnu Jauzi) melihat dia berfatwa dan mendebat orang.

۞۞۞۞
Manhaj tarbawi harian

Wahai anakku! Biasakan dirimu bangun ketika terbit fajar, dan janganlah membicarakan masalah dunia. Para salafussalih rahimahumullah tidak pernah membicarakan masalah dunia di waktu tersebut. Di saat terbangun dari tidurmu bacalah:
الحمد لله الذي أحيانا بعد ما أماتنا وإليه النشور، الحمد لله الذي يمسك السماء أن تقع على الأرض إلا بإذنه، إن الله بالناس لرؤوف رحيم
”Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami kembali setelah sebelumnya mematikan kami, dan hanya kepada-Nyalah kami dibangkitkan. Segala puji bagi Allah yang menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia”.
Kemudian berwudhulah dan kerjakan dua rakaat fajar. Keluarlah menuju masjid dengan khusyu’. Bacalah di kala perjalananmu:
اللهم إني أسألك بحق السائلين عليك وبممشاي هذا إليك، لم أخرج أشرا ولا بطرا ولا رياء ولا سمعة، خرجت اتقاء سخطك وابتغاء مرضاتك، أسألك أن تجيرني من النار وأن تغفرلي ذنوبي إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت
”Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadamu dengan haknya orang yang meminta pada-Mu dan dengan gerak jalanku ini menuju-Mu, tidaklah aku keluar karena sombong, riya’ dan sum’ah. Aku keluar berlindung dari murka-Mu dan mengharap ridho-Mu. Aku memohon pada-Mu agar Engkau menjagaku dari api neraka dan mengampuni dosa-dosaku. Sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau”.
Sholatlah di sisi kanan imam. Apabila selesai sholat, bacalah:
لاإله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير
Tidak ada yang berhak di ibadahi secara benar melainkan Allah, tiada sekutu baginya. Yang memiliki kekuasaan dan segala puji hanyalah bagi-Nya semata, Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu” sepuluh kali. Kemudian bertasbih, bertahmid, dan bertakbirlah masing-masing sepuluh kali. Bacalah ayat kursi, dan berdoalah kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar ibadah sholatmu diterima. Apabila engkau sanggup, maka duduklah sambil berzikir sampai matahari terbit dan meninggi. Kemudian kerjakan sholat Dhuha semampumu. Adapun jika engkau mengerjakannya delapan rakaat, maka yang demikian adalah baik.
۞۞۞۞

Ilmu lebih utama dari sholat sunnah

Sibukkanlah dirimu dengan berbagai ilmu, dan yang paling utama adalah memperbaiki bacaan Alquran dan ilmu Fiqih. Apabila engkau telah selesai mengulang pelajaranmu sampai menjelang akhir waktu Dhuha, maka kerjakan sholat Dhuha delapan rakaat, kemudian dilanjutkan dengan menelaah atau menulis sampai menjelang waktu Ashar. Mulailah kembali belajar dari habis sholat Ashar sampai menjelang magrib, kemudian sholat dua rakaat setelahnya dengan membaca Alquran dua juz di dalamnya. Apabila telah usai mengerjakan sholat ‘Isya, kembalilah belajar. Kemudian beristirahatlah. Jangan lupa bertasbih 33 kali, bertahmid 33 kali, dan bertakbir 34 kali, kemudian bacalah:
اللهم قني عذابك يوم تجمع عبادك
”Ya Allah aku berlindung dari azab-Mu di hari Engkau kumpulkan hamba-Mu”. Apabila engkau telah terbangun dari istirahatmu, ketahuilah bahwa tubuhmu telah mendapatkan haknya. Berwudhulah dan kerjakan sholat di kegelapan malam. Mulailah dengan dua rakaat yang ringan, kemudian lanjutkan sholat dua rakaat dengan membaca dua juz di dalamnya. Kemudian kembali belajar, karena ilmu lebih utama dari sholat sunah.

۞۞۞۞

Mengasingkan diri dan ilmu

Ada saatnya engkau harus mengasingkan diri karena hal itu adalah sumber  kebaikan. Jauhilah teman duduk yang buruk. Jadikanlah buku sebagai teman dudukmu, begitu juga membaca jalan hidup para Salaf. Janganlah mempelajari suatu pelajaran hingga engkau benar-benar paham dengan apa yang engkau pelajari sebelumnya. Perhatikanlah jalan hidup orang-orang yang mulya dalam menuntut ilmu dan beramal. Janganlah merasa puas dengan sesuatu yang sedikit.
 Seorang penyair berkata,”Tidaklah aku melihat aib seseorang kecuali seperti halnya orang yang enggan mencapai kesempurnaan, padahal ia mampu melakukannya”.
Ketahuilah bahwa ilmu akan mengangkat derajat orang-orang yang hina. Ada banyak ulama yang bukan dari keturunan yang terkenal dan tidak memiliki rupa yang menawan.
Atha’ bin Rabah adalah seorang yang berkulit hitam dan berpostur yang membuat orang enggan mendekatinya. Suatu hari khalifah Sulaiman bin Abdul Malik dan kedua anaknya datang kepadanya menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan tata cara ibadah. Kemudian Atha’ menjelaskan kepada mereka sambil memalingkan mukanya di hadapan mereka. Khalifah Sulaiman berkata kepada kedua anaknya,”Perbaikilah diri kalian, jangan lalai dan bermalas-malasan dalam menuntut ilmu. Sungguh Aku tidak akan melupakan kehinaan kita di hadapan budak hitam ini”.
Hasan albashri dulunya seorang budak yang dimerdekakan. Ibnu Sirin, Makhul, dan banyak yang lainnya, mereka dimuliakan karena ilmu dan ketakwaan.

۞۞۞۞

Menjauhi diri dari meminta-minta kepada manusia

Wahai anakku! Berusahalah menjaga kehormatanmu dengan tidak meminta-minta harta dunia dan berlaku hina kepada yang memilikinya. Berqana’ahlah, maka engkau akan mulia. Ada sebuah ungkapan:”Siapa yang merasa cukup dengan roti dan sayuran, maka tidak ada yang memperbudaknya”.
 Seorang Arab Badui melewati kota Bashrah. Ia bertanya kepada penduduknya,”Siapa pemimpin kota ini?”. Dikatakan padanya,”Alhasan Albashri”. Kemudian ia bertanya lagi,” Bagaimana ia bisa jadi pemimpin?”. Mereka menjawab,”Dia tidak membutuhkan harta manusia, dan manusia butuh kepada ilmunya”.
Ketahuilah wahai anakku! Dahulu kakekmu adalah seorang yang kaya raya. Dia mewarisi harta yang banyak. Saat itu ayahmu masih kecil, dan harta warisan yang di tinggalkan dibelanjakan untuk keperluannya hingga ia tumbuh besar. Ketika ayahmu sudah dewasa, ia hanya mendapatkan dua rumah. Satu rumah ia tempati dan satunya ia sewakan. Kemudian ayahmu mendapatkan uang yang jumlahnya sekitar dua puluh dinar. Dikatakan padanya bahwa uang tersebut adalah jumlah seluruh peninggalan yang tersisa. Uang tersebut akhirnya digunakan untuk membeli kitab. Dua rumah yang dimiliki pun dijual dan hasilnya digunakan untuk biaya menuntut ilmu. Tidak ada harta yang tersisa lagi. Meskipun demikian, ayahmu tidak menjadi hina dalam mencari harta seperti hinanya orang lain. Ayahmu tidak berkeliling daerah seperti yang dilakukan oleh para pemberi nasehat yang meminta bayaran dan tidaklah meminta bantuan kepada para pembesar negeri. Segala persoalannya berjalan dengan baik. Allah ‘azza wa jalla berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ﴿۲﴾ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“ Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada di sangka-sangkanya”. (QS. 65:2-3).

۞۞۞۞

Ketika ketakwaan terwujud, maka engkau akan melihat segala kebaikan

Wahai anakku! Ketika ketakwaan terwujud, maka engkau akan melihat segala kebaikan. Seorang yang bertakwa tidak akan berbuat riya’ dan tidak melakukan sesuatu yang merusak agamanya. Siapa yang menjaga hukum-hukum Allah ‘Azza wa Jalla, maka ia akan dijaga-Nya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu,”Jagalah Allah niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau mendapati-Nya di depanmu”.
Ketahuilah wahai anakku! Nabiyullah Yunus ‘alaihissalaam ketika bekalnya berupa kebaikan, ia terbebas dari kesulitan. Allah ‘azza wa Jalla berfirman:
فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ ﴿١٤٣﴾ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ﴿١٤٤
Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit”. (QS.37:143-144).
Sedangkan Fir’aun, ketika tidak mempunyai bekal kebaikan, ia tidak bisa selamat dari azab yang menimpanya. Dikatakan kepadanya:
 آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (٩١)
Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu”.(QS.10:91).
Maka persiapkan bekal kebaikan berupa takwa, nanti engkau akan mengetahui pengaruhnya. Dalam sebuah hadis disebutkan,”Seorang pemuda yang bertakwa kepada Allah di masa mudanya, maka Allah akan mengangkat derajatnya di masa tuanya”. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَاسْتَوَى آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (۲۲)
Dan tatkala dia cukup dewasa Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS.12:22).
Ketahuilah wahai anakku! Sebaik-baiknya bekal adalah menahan diri dari perkara haram, menahan lisan dari berbicara yang berlebihan, mematuhi hukum, dan mengutamakan Allah ‘Azza wa Jalla daripada keinginan hawa nafsu.
Engkau pasti tahu kisah tiga orang yang masuk ke dalam gua, kemudian sebuah batu menutupi gua, dan mereka terkurung di dalamnya. Salah seorang dari mereka berkata,”Ya Allah! Sesungguhnya aku mempunyai dua orang tua dan anak-anak. Aku selalu memberi minum susu kepada mereka sebelum aku memberi minum anak-anakku. Jika aku lakukan semua itu hanya karena Engkau, maka keluarkan kami dari kesulitan”. Maka terbukalah sepertiga batu yang menutupi gua. Berkata yang lain,”Ya Allah! Aku pernah mempekerjakan seorang buruh upahan, tapi ia tidak ridha dengan upahnya. Kemudian aku gunakan upahnya untuk sebuah usaha. Suatu hari ia datang dan berkata padaku:”Tidakkah engkau takut kepada Allah?”. Aku menjawab:”Ambillah sapi-sapi itu beserta pengembalanya sebagai ganti upahmu”. Jika aku lakukan hal itu hanya karena Engkau, maka keluarkan kami dari kesulitan”. Kemudian terbuka lagi sepertiga batu. Berkata yang lain,”Ya Allah! Sesungguhnya aku mencintai anak perempuan pamanku. Ketika aku berhasil mendekatinya, ia berkata padaku:”Bertakwalah pada Allah! Janganlah buka sebuah kemasan kecuali dengan haknya!” Lantas aku meninggalkannya. Jika aku lakukan hal itu hanya karena Engkau, maka keluarkan kami dari kesulitan”. Maka terbukalah batu yang menutupi gua dan mereka akhirnya bisa keluar.
Dalam sebuah mimpi, Sufyan Atsauri rahimahullah ditanya,”Apa yang Allah ‘Azza wa Jalla perbuat kepadamu?”. Ia menjawab:”Tak lama ketika aku diletakkan di dalam lahat, aku dihadapkan di hadapan Rabb semesta alam. Kemudian aku disuruh masuk ke dalam surga. Tiba-tiba ada suara yang memanggilku:”Engkau Sufyan?, “Ya” jawabku. Ia pun kembali berkata:”Ingatkah engkau akan suatu hari dimana engkau lebih mengutamakan Allah ‘Azza wa Jalla daripada hawa nafsumu? Kemudian didekatkan kepadaku bejana-bejana surga.

۞۞۞۞




Sebagian riwayat hidup Salafusshalih

Selayaknya semangatmu tinggi menuju kesempurnaan. Sebagian orang hanya bersikap zuhud dan sebagian yang lain hanya sibuk dengan ilmu. Sangat jarang sekali ada orang yang dapat menggabungkan antara ilmu dan amal yang sempurna.
 Aku telah membaca riwayat para tabi’in, dan aku tidak menemukan diantara mereka yang mendapatkan kesempurnaan kecuali empat orang saja, yaitu Sa’id bin Musayyib, Sufyan Atsauri, Alhasan Albashri dan Ahmad bin Hanbal. Mereka juga seperti kita, tapi mereka memiliki semangat yang kita tidak dapat menyamai mereka. Ada banyak ulama salaf yang memiliki semangat yang luar biasa. Apabila engkau ingin mengetahui perihal mereka, maka bacalah kitab Shifatis Shofwah. Jika engkau ingin mengetahui lebih jauh tentang perihal Sa’id, Sufyan, dan Ahmad bin Hanbal, aku telah menyusun sebuah kitab yang membahas perihal masing-masing mereka.

۞۞۞۞

Hafalan adalah modalmu

Wahai anakku! Engkau tahu bahwa aku telah menyusun seratus kitab. Diantaranya Attafsiirul Kabiir dua puluh jilid, Attaarikh dua puluh jilid, Tahdziibul Musnad dua puluh jilid, dan kitab-kitab lainnya; ada yang lima jilid, dua jilid, tiga jilid, empat jilid, dan yang lebih banyak dari itu maupun yang lebih sedikit. Aku mencukupimu dengan kitab-kitab tersebut, hingga engkau tak perlu meminjam kitab atau pun bersusah payah menyusun kitab.
Engkau mesti menghafal, karena hafalan adalah modal, dan kecakapan adalah sebuah keuntungan. Ikhlaslah dalam dua hal tersebut dengan berlindung kepada-Nya dan menjalankan aturan-aturan-Nya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ
Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu”.(QS.47:7)
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu”.(QS. 2:152)
وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ
Penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu”.(QS. 2:40).
Jauhilah sikap berilmu tanpa amal, karena orang-orang yang mendatangi para penguasa dan yang bergaul dengan pecinta dunia, mereka berpaling dari ilmu dan amal. Akhirnya mereka terhalangi dari keberkahan dan manfaat.

۞۞۞۞

Ilmu dan amal saling berkaitan

Janganlah engkau sibuk beribadah tanpa disertai ilmu, karena sekelompok orang yang zuhud dan para ahli sufi telah tersesat dari jalan petunjuk karena mereka beramal tanpa ilmu. Pakailah dua pakaian yang bagus, sehingga engkau tidak terlihat masyhur diantara pecinta dunia, dan tidak terlihat rendah diantara orang-orang zuhud. Introspeksilah dirimu di setiap pandangan, ucapan, dan langkah, karena engkau akan ditanya tentang semua itu.
Sebagaimana engkau dapat mengambil manfaat dari ilmumu, begitu pula orang akan mendapatkan manfaat darimu. Ketika seorang yang menyampaikan nasehat tidak mengamalkan ilmunya, maka nasehatnya tidak akan sampai di hati pendengar, sebagaimana air yang jatuh tergelincir di atas batu. Janganlah memberi nasehat kecuali dengan niat, begitu pula berjalan, dan makan. Dan dengan mempelajari akhlak para Salaf, persoalanmu akan terasa mudah.

۞۞۞۞

Buku-buku yang bermanfaat

Bacalah kitab Minhaajul Muriidin, karena kitab tersebut mengajarimu akhlak. Jadikan kitab tersebut teman dudukmu sekaligus gurumu. Baca juga kitab Shaidul Khaatir, karena engkau akan mengalami berbagai peristiwa yang akan memperbaiki urusan agama dan duniamu. Hafallah kitab Junnatun Nadzhar, karena kitab tersebut cukup membantumu memahami ilmu Fiqih. Kapan pun engkau menelaah kitab Alhadaaiq, maka akan membantumu mengetahui keseluruhan hadis. Apabila engkau membaca kitab Alkasyf, maka akan jelas bagimu hadis-hadis yang tersembunyi di kitab Shahihain.
Janganlah menyibukkan diri dengan kitab-kitab tafsir yang disusun oleh orang ‘Ajam. Jangan lupakan kitab Almughni, begitu juga Zaadul Masiir bila engkau perlu sesuatu tentang tafsir. Adapun kitab-kitab nasehat yang kukumpulkan untukmu, maka engkau tidak perlu lagi mencari kitab tambahan.

۞۞۞۞

Sifat pemberi nasehat yang bermanfaat

Pandailah bergaul dengan manusia, akan tetapi jangan terlalu berbaur dengan mereka, karena mengasingkan diri merupakan upaya berlepas diri dari teman-teman yang buruk, dan menjaga kewibawaan.
 Seorang pemberi nasehat tak semestinya terlihat seperti orang yang tak punya malu, berkeliling di pasar, dan tertawa. Sehingga orang pun akan berbaik sangka padanya, dan dapat mengambil manfaat dari nasehatnya. Apabila engkau terpaksa berbaur dengan manusia, maka bergaullah dengan lemah lembut. Sungguh seandainya engkau mengetahui perilaku mereka yang sebenarnya, engkau tidak akan sanggup bergaul dengan mereka.

۞۞۞۞

Menunaikan hak-hak

Tunaikanlah hak-hak orang yang mempunyai hak, baik terhadap istri, anak, maupun kerabat. Perhatikan setiap waktumu untuk apa digunakan. Gunakan waktumu untuk melakukan amalan paling mulya semampumu, dan janganlah menyia-nyiakan dirimu. Biasakanlah melakukan perbuatan yang mulya dan yang terbaik.
Pergilah berziarah kubur, karena dapat mengingatkanmu di hari engkau akan dimasukkan ke dalamnya, sebagaimana dikatakan:
“Wahai orang yang sibuk dengan dunianya
dan terlena dengan panjang angan-angan.
kematian akan datang tiba-tiba
dan kubur adalah kotak amalan”.
Renungkanlah akibat-akibat perbuatan, maka engkau akan mudah bersabar atas segala yang engkau inginkan dan yang engkau benci. Apabila dirimu mulai lalai, maka pergilah ke pemakaman dan ingatkan dirimu dengan dekatnya kematian.
Pintar-pintarlah mengatur keperluanmu, maka Allah ‘Azza wa Jalla yang akan mengatur keperluanmu tanpa pemborosan, hingga engkau tak memerlukan bantuan orang lain.
Menjaga harta merupakan bagian dari perintah agama. Lebih baik sekiranya engkau dapat menyisakan harta kepada ahli warismu daripada engkau meminta bantuan orang lain.

۞۞۞۞

Keutamaan nasab Ibnu Jauzi

Ketahuilah wahai anakku! Bahwa kita adalah keturunan Abu Bakar Asshiddiq radhiyallahu ‘anhu. Kakek kita Alqasim bin Muhammad bin Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, riwayat beliau tertera di kitab Sifatus Shafwah. Pendahulu kita dahulunya sibuk berdagang dan jual beli. Tidak ada keturunan terakhir yang semangat menuntut ilmu selain aku, dan sekarang giliranmu. Bersungguh-sungguhlah. Aku berharap impianku padamu tidak hilang sia-sia.
Aku serahkan dirimu pada Allah ‘Azza wa Jalla. Kepada-Nya lah aku memohon agar engkau diberi taufik dalam ilmu dan amal. Hanya inilah upayaku menasihatimu. Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Segala puji hanya bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad beserta para sahabat dan keluarga beliau.

۞۞۞۞

0 komentar:

Posting Komentar